Manokwari,(Antaranews Papua Barat)-Komando Daerah Militer XVIII/Kasuari, Papua Barat, kesulitan mencari peserta dari kalangan putra asli daerah Papua pada penerimaan calon taruna Akademi Militer (Akmil).

Pangdam XVIII/Kasuari, Mayjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau di Manokwari, Kamis, mengatakan, pada penerimaan calon tarun Akmil tahun 2018 yang dibuka belum lama ini, Papua Barat memperoleh jatah kuota sebanyak 12 orang.

"Tadi saya barusan memimpin sidang penentuan akhir di tingkat Kodam. Dari 42 peserta yang mendaftar hanya sembilan orang yang berlanjut hingga sidang penentuan akhir dan ini pesertanya umum," katanya.

Dari sembilan peserta tersebut, lanjut Wayangkau, hanya tujuh orang yang dinyatakan lulus. Dua orang gugur karena catatan kesehatan.

"Dan dari tujuh orang ini, dari putra daerah hanya satu orang yang berhasil. Setelah lulus seleksi di daerah mereka akan mengikuti seleksi tahap dua di Mabes Angkatan Darat," sebutnya.

Pangdam berharap tujuh peserta ini bisa lulus pada seleksi tahap dua di pusat. Dengan demikian mereka bisa melanjutkan pendidikan sebagai taruna Akmil.

Ia mengungkapkan, terdapat kendala yang paling menonjol dikalangan peserta putra daerah, yakni kesehatan dan psikologi. Rata-rata nilai hasil tes psikologi putra daerah sangat rendah.

"Untuk calon taruna Akmil, kita diberi nilai minimal 65. Hasil tes psikologi anak-anak putra daerah sangat rendah, bahkan ada yang hanya dapat nilai 2. Bayangkan, dari nilai minimum 65 dia cuma dapat 2, ini harus menjadi perhatian semua pihak," katanya lagi.

Khusus bagi putra asli daerah Papua, lanjutnya, sebetulnya pusat sudah memberi keringanan. Dari 65 nilai minimum diturunkan menjadi 48, namun masih banyak putra daerah yang tidak mampu mencapai nilai tersebut.

"Untuk satu anak yang lulus ini nilainya cukup lumayan. Nilainya mencapai 55, hampir mendekati 65. Mudah-mudahan dia lulus sampai seleksi akhir tahap dua," ujarnya lagi.

Joppye mengajak pemerintah daerah dan seluruh masyarakat asli Papua mempersiapkan secara baik agar lebih banyak putra Papua yang bisa mengikuti pendidikan Akmil.

"Kesehatan dan psikologi, ini harus kita siapkan baik-baik. Pendidikan Akmil ini cukup berat, yang bermasalah tidak bisa dipaksakan, nanti kasihan. Anak-anak harus siap, baik dari sisi kesehatan maupun psikologi," pungkasnya.(*)

Pewarta: Toyiban

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Tengah 2018