Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Papua Barat mulai mengoperasikan Unit Dialisis untuk memberikan layanan cuci darah menggunakan metode hemodialisa untuk pasien dengan gangguan ginjal kronis.
Direktur RSUP Papua Barat dr Arnold Tiniap di Manokwari, Kamis mengatakan, keberadaan layanan tersebut memudahkan pasien gagal ginjal yang selama ini harus menjalani pengobatan ke luar daerah.
"Dengan adanya fasilitas ini, pasien tidak perlu lagi melakukan perjalanan jauh ke luar daerah," ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa persiapan operasional Unit Dialisis berlangsung kurang lebih selama dua tahun, karena manajemen harus melengkapi sejumlah persyaratan yang ditentukan Kementerian Kesehatan.
Jumlah tenaga medis Unit Dialisis saat ini ada sembilan orang yang terdiri atas dua dokter spesialis, satu dokter umum, tiga perawatan, satu apoteker, satu tenaga gizi, dan satu tenaga administrasi.
"Banyak sekali persyaratan yang harus kami penuhi. Kami juga teken kerja sama operasional (KSO) dengan mitra penyedia alat hemodialisis," ucap Arnold.
Dia menyebut Unit Dialisis RSUP Papua Barat merupakan unit layanan cuci darah keenam yang beroperasi di Tanah Papua, setelah Jayapura dan Biak (Papua), Merauke (Papua Selatan), serta Nabire (Papua Tengah).
Unit Dialisis memiliki sumber air terpisah dari 11 unit layanan lainnya di RSUP Papua Barat, karena proses hemodialisa membutuhkan air dengan tingkat kemurnian khusus melalui sistem penyaringan ketat.
"Kualitas air harus benar-benar terjaga agar tidak terkontaminasi untuk keamanan pasien selama proses cuci darah berlangsung," jelasnya.
Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan mengatakan, Unit Dialisis RSUP bakal menjadi rujukan bagi pasien di wilayah kepala burung Tanah Papua yang mencakup Papua Barat dan Papua Barat Daya.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mencatat jumlah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani cuci darah minimal dua kali dalam seminggu sepanjang tahun 2024 mencapai 134.057 orang.
"Banyak sekali pasien yang harus dirujuk ke luar karena di Papua Barat belum tersedia layanan cuci darah," ujarnya.
Berdasarkan laporan Direktur RUSP Papua Barat, kata dia, ada 16 pasien gagal ginjal yang selama ini menjalani pengobatan di luar telah mendaftarkan diri untuk melanjutkan pengobatan pada Unit Dialisis setempat.
Pemerintah provinsi berkomitmen mengalokasikan anggaran untuk melengkapi seluruh sarana prasarana Unit Dialisis secara bertahap, sehingga pelayanan semakin berkualitas sesuai ekspektasi pasien.
"Kami lagi berupaya meningkatkan status RSUP Papua Barat dari tipe C menjadi C+ bahkan B supaya menjadi rumah sakit rujukan," ucap Dominggus Mandacan.
Editor : Evarianus Supar
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Tengah 2025