Sinode Gereja Kristen Injili (GKI) Tanah Papua menyatakan konferensi satu abad peradaban pendidik akan menjadi momentum refleksi perjalanan Orang Asli Papua (OAP) sekaligus merumuskan arah pembangunan pendidikan dan pelayanan gereja menuju masa depan yang lebih baik.

Ketua Sinode GKI Tanah Papua Pendeta Andrikus Mofu dalam jumpa pers di Kantor Sinode GKI Tanah Papua, di Kota Jayapura, Jumat, mengatakan konferensi ini akan digelar pada 9-10 September 2025 di Gedung Serba Guna (GSG) Graha Sara, melibatkan unsur pemerintah, gereja, dan masyarakat adat, guna menyatukan visi dan komitmen menyongsong satu abad peradaban pendidikan OAP.

"Konferensi ini penting sebagai ruang refleksi perjalanan sejarah seratus tahun pendidikan orang Papua, sekaligus menyiapkan langkah bersama dalam menghadapi tantangan pembangunan yang semakin kompleks," katanya.

Menurut Pendeta Andrikus, peristiwa pendidikan Kristen pertama kali berdiri di Bukit Aitumeri, Teluk Wondama pada 25 Desember 1925. Momentum bersejarah itu dipimpin Pendeta Isak Samuel Kijne yang meninggalkan pesan tentang kebangkitan orang Papua.

"Kalimat bersejarah dari Kijne menyebut walaupun lambat, orang Papua suatu saat akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri. Pesan itu menjadi landasan penting konferensi ini," ujarnya.

Dia menjelaskan, refleksi satu abad peradaban pendidikan tidak hanya sekadar mengenang sejarah, tetapi juga momentum memperkuat kesadaran kolektif dalam menjawab tantangan kemiskinan, ketertinggalan, serta kesenjangan pendidikan yang masih terjadi.

"Konferensi harus melahirkan komitmen baru agar pembangunan pendidikan, pelayanan gereja, dan kepemimpinan masyarakat adat berjalan seiring dalam meningkatkan kualitas hidup orang Papua," katanya.

Dia menambahkan, kesempatan orang Papua memimpin lembaga pemerintahan, gereja, dan masyarakat adat harus diikuti dengan langkah konkret memperbaiki kualitas pendidikan, kesehatan, dan ekonomi sehingga nilai-nilai peradaban semakin nyata dirasakan.

"Harapan kami, seratus tahun ke depan bukan hanya menggenang sejarah, tetapi juga menghadirkan peradaban baru yang membawa perubahan nyata bagi Orang Asli Papua menuju masa depan yang lebih baik," ujarnya.
 

Pewarta: Agustina Estevani Janggo

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Tengah 2025