Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua Barat mendorong optimalisasi penerapan sistem pertanian organik di Kabupaten Manokwari sebagai langkah strategis memperkuat ketahanan pangan sekaligus menekan laju inflasi daerah. 

Kepala Unit Fasilitasi Pengembangan UMKM, Keuangan Inklusif dan Syariah BI Papua Barat Rayna Ditriano di Manokwari, Jumat, mengatakan pertanian organik mewujudkan produksi pangan yang sehat, efisien dan ramah lingkungan.

“Optimalisasi pertanian organik tidak hanya berpengaruh terhadap kualitas hasil panen, tetapi kestabilan harga pangan yang selama ini menjadi tantangan di Papua Barat,” ujar Rayna.

Baca juga: Merawat idealisme ANTARA sebagai kantor berita resmi negara

Untuk mewujudkan hal tersebut, katanya, BI Papua Barat telah menyelenggarakan kegiatan pelatihan usaha tani berkualitas (PETATAS) 2025 di Kampung Udapi Hilir, Distrik Prafi, Manokwari, pada 7-9 Oktober 2025.

Kegiatan bertema Integrated Eco-Farming menghadirkan Mamik Arifin selaku instruktur pertanian dari Yayasan Anugrah Nusa Bangsa Indonesia, Semarang, dengan jumlah peserta sebanyak 100 orang petani.

"Peserta dilatih teknik pembuatan pupuk organik berbasis MA-11, pemanfaatan bahan lokal, serta praktik pengolahan lahan berkelanjutan," kata Rayna.

Selain itu, katanya, ada 30 anggota kelompok wanita tani di Distrik Prafi juga mendapat pelatihan hilirisasi produk pertanian yang dipaparkan oleh Delli Gunarsa dari D&D Indonesia.

Petani wanita mempraktikkan pembuatan produk olahan dari komoditas penyumbang inflasi, seperti tomat dan cabai menjadi sambal, sirup, abon, dan saus kemasan yang memiliki nilai ekonomis.

"Produk olahan itu tidak hanya dikonsumsi tapi kalau jumlahnya banyak, bisa dipasarkan," ujar dia.

Baca juga: Penyaluran kredit di Papua Barat-Papua Barat Daya Rp9,44 triliun

Rayna menambahkan, penerapan sistem pertanian organik yang terintegrasi dengan pengolahan pascapanen diharapkan memperkuat posisi petani sebagai pelaku ekonomi lokal.

“Melalui pendekatan ekosistem pertanian organik, petani dapat menekan biaya produksi, menjaga kualitas tanah, dan menciptakan nilai tambah dari produk olahan,” katanya.

Pewarta: Fransiskus Salu Weking

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Tengah 2025