Kepolisian Resor Kota (Polresta) Manokwari, Papua Barat, masih menyelidiki penyebab 11 siswa SMA Negeri 2 Manokwari yang diduga mengalami keracunan usai menyantap Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Kepala Satuan Reskrim Polresta Manokwari AKP Agung Gumara di Manokwari, Jumat, mengatakan pihaknya telah meminta keterangan pihak sekolah maupun pengelola dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
"Termasuk pemasok ikan, karena ada indikasi ikannya tidak segar," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa insiden itu terjadi pada 24 November 2025 yang bermula dari seorang siswa merasa mual serta alergi beberapa jam setelah mengonsumsi menu makanan bergizi tersebut.
Laporan itu kemudian dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari untuk menindaklanjuti pemeriksaan terhadap sampel makanan yang dikonsumsi siswa SMA Negeri 2 Manokwari.
"Karena ini program pemerintah, makan penanganan masalah melibatkan instansi teknis dari pemerintah daerah," ucap Agung.
Menurut dia, pemantauan dan pengawasan terhadap proses penyediaan makanan bergizi harus dilakukan secara berkesinambungan yang melibatkan kepolisian, pemerintah daerah, serta instansi teknis.
Hal tersebut bertujuan untuk memastikan seluruh pengelola dapur SPPG di wilayah Manokwari menerapkan standar prosedur operasi agar Program MBG berjalan tanpa menimbulkan permasalahan.
"Kami terus mengimbau agar semua pengelola dapur SPPG mengikuti standar, mulai dari bahan baku hingga pengolahan makanan," ujar Agung Gumara.
Ia menyebut, berdasarkan hasil analisa pada kasus dugaan keracunan MBG yang pertama pada 30 Juli 2025, penyebat utamanya ialah bahan baku makanan yang sudah tidak sesuai syarat kesehatan.
"Bahan baku yang dimaksud seperti, ikan dan daging ayam karena masih mengandalkan pasokan dari luar Manokwari. Stok di dalam daerah belum cukup," katanya.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Manokwari Marten Rantetampang mengatakan, pengaturan waktu produksi, distribusi, dan konsumsi yang tidak melewati batas aman selama enam jam merupakan hal yang paling penting.
Keterlambatan dalam rantai distribusi dinilai sebagai faktor utama terjadinya kasus keracunan makanan yang disantap siswa sebagai penerima manfaat Program MBG.
"Kalau pengawasan, kami sudah perketat semenjak kejadian pertama," ucap Marten.
Editor : Evarianus Supar
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Tengah 2025