Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) melakukan evaluasi terhadap mahasiswa penerima beasiswa yang belum mencapai standar akademik minimal, khususnya yang memiliki indeks prestasi kumulatif (IPK) di bawah 2,75.

Ketua Pengurus YPMAK Leonardus Tumuka melalui keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Manokwari, Selasa, mengatakan pihaknya melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Sulawesi Utara, guna mengevaluasi mahasiswa penerima beasiswa.

“IPK di bawah 2,75 akan kami evaluasi. Tujuan kami melakukan kunjungan ini adalah untuk melihat kondisi mahasiswa secara langsung serta memberi motivasi agar mereka lebih serius dalam menempuh pendidikan,” ujar Leonardus.

Ia mengatakan, sebagai lembaga pengelola dana kemitraan PT Freeport Indonesia, YPMAK telah menjalin kerja sama dengan Unsrat untuk program beasiswa pendidikan yang menyasar putra-putri Papua untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Dengan kerja sama tersebut, YPMAK perlu memantau perkembangan akademik mahasiswa melalui monev untuk membangun semangat dan kedisiplinan penerima beasiswa agar dapat menyelesaikan studi tepat waktu dan kembali membangun tanah Papua.

“Kita ingin bicara soal kualitas dan prestasi. Harapannya mereka bisa selesai tepat waktu dan kembali ke Papua dengan bekal pendidikan yang mumpuni,” katanya.

Wakil Ketua Pengurus Bidang Pemantauan dan Evaluasi Program YPMAK Hendhaotje Watory menyatakan, hasil dari monev ini akan dirangkum menjadi catatan dan rekomendasi perbaikan, baik untuk internal YPMAK maupun pihak mitra kampus.

“Rekomendasi ini nantinya menjadi bahan evaluasi menyeluruh, termasuk untuk penerima beasiswa yang tidak menunjukkan kemajuan signifikan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, program beasiswa YPMAK tahun 2022 telah menorehkan prestasi membanggakan karena rata-rata IPK mahasiswa berada di atas 3.00, bahkan ada yang mendekati predikat cum laude.

“Ini bukti bahwa seleksi yang ketat akan berdampak pada hasil. Ada yang IPK-nya 3,88. Namun, bagi yang tidak mampu menjaga prestasi atau tidak selesai tepat waktu, beasiswa akan kami cabut,” katanya.

Syarat utama bagi penerima beasiswa YPMAK adalah menyelesaikan kuliah dalam waktu maksimal empat tahun, kecuali ada alasan kuat seperti kondisi kesehatan.

“Kami perlu memberi kesempatan kepada adik-adik lain yang juga ingin mendapat beasiswa. Maka, komitmen menyelesaikan kuliah menjadi tanggung jawab utama,” ujar Watory.

Sementara itu, pembina mahasiswa YPMAK di Unsrat Dr. Reiny A. Tumbol, mengungkapkan, saat ini terdapat 43 mahasiswa penerima beasiswa YPMAK di kampus tersebut.

Dari jumlah itu, lima orang tercatat tidak aktif karena berbagai alasan, seperti mengundurkan diri.

Sedangkan untuk mahasiswa lainnya, pihaknya terus melakukan pembinaan secara berkala guna memantau perkembangan akademik.

“Setiap bulan kami mengadakan dua kali pertemuan. Jika ada masalah, kami segera berkoordinasi dengan dosen atau pihak prodi untuk membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan,” ujarnya.

Dengan sistem pengawasan yang lebih ketat dan evaluasi rutin, YPMAK berharap para penerima beasiswa dapat menunjukkan hasil yang sebanding dengan dukungan yang diberikan.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: YPMAK evaluasi penerima beasiswa yang tidak capai standar IPK

Pewarta: Marsel

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Tengah 2025