Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulawesi Selatan menggelorakan praktik budi daya ramah lingkungan melalui berbagai program agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik.
Kepala DKP Sulsel Muhammad Ilyas di Makassar, Kamis (11/9), menjelaskan sejumlah upaya dalam meningkatkan budi daya ramah lingkungan di Sulsel, salah satunya menyiapkan bantuan bibit dan pelampung bagi petani rumput laut, agar tidak lagi menggunakan botol plastik saat budi daya kelautan dan perikanan.
"Kita mencoba sadarkan petani untuk mengurangi plastik di laut dan diganti dengan pelampung berbahan HDP, sehingga botol-botolnya bisa dikumpulkan untuk diganti pelampung," ujarnya.
Apalagi, kata dia, program ini juga mengedepankan kampanye budi daya ramah lingkungan, sebab budi daya rumput laut menggunakan botol dinilai tidak ramah lingkungan dan masa ketahanan botol yang cepat rusak.
Maka dari itu, kata dia, para petani diminta menukar 500 botol plastik bekas yang selama ini digunakan sebagai pelampung dengan 250 pelampung khusus rumput laut yang lebih tahan lama dan bisa didaur ulang.
“Target kami terkumpul satu juta botol plastik. Botol itu kemudian dijual ke pengepul, hasilnya tetap diberikan ke petani sebagai tambahan, sementara mereka sudah mendapat pelampung baru dari pemerintah,” kata dia.
Ia menjelaskan langkah ini menjadi bagian dari upaya menjaga jenama Sulsel dalam menghasilkan produk dari proses ramah lingkungan.
Pada 2024, produksi rumput laut (basah) di Sulsel mencapai empat juta ton dengan harapan terjadi peningkatan pada 2025 melalui pemberian bantuan bibit 2.000 paket rumput laut kepada petani se-Sulsel.
Pihaknya juga mendorong penggunaan bioplog pada tambak ikan nila agar tidak merusak unsur hara tanah sebagai bagian pelestarian lingkungan.
Sebab, ujar dia, peluang ekspor nila dinilai mulai terlihat
"Sambil kita ekspor nila. Jadi sambil kita cari pasar, komoditas ekspor. Itulah yang kita harus petakan di mana ekspor nila memungkinkan," kata dia.
Selain itu, pada budi daya udang telah hadir transfer teknologi yang diinisiasi oleh Jepang dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai konsep pendekatan ramah lingkungan.
"Sebenarnya dari hasil budi daya ini, permintaan lebih banyak pada produk yang dihasilkan dari proses organik. Apalagi masih banyak menggunakan udang vaname yang tahan dari perubahan lingkungan," ujar dia.
Program ini menjadi prioritas Gubernur Andi Sudirman Sulaiman bersama Wakil Gubernur Fatmawati Rusdi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir sekaligus mendorong pengelolaan sumber daya laut yang ramah lingkungan.
Editor : Evarianus Supar
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Tengah 2025