Filep Wamafma ingatkan orang tua waspadai penularan HIV pada remaja

Ketua Komite III DPD RI Filep Wamafma saat ditemui awak media di Manokwari, Papua Barat. ANTARA/Fransiskus Salu Weking

Manokwari (ANTARA) - Ketua Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Filep Wamafma mengingatkan para orang tua di Papua Barat agar meningkatkan pengawasan kepada putri-putri mereka terkait penularan HIV/AIDS yang semakin tinggi di kalangan remaja.

Filep Wamafma di Manokwari, Minggu, menyebut jestimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Papua Barat sekitar 9.778 jiwa, namun yang berhasil teridentifikasi sebanyak 5.560 jiwa dan hanya 1.870 jiwa telah menjalani pengobatan antiretroviral (ARV).

"Mari kita sama-sama sejak dini menjaga anak-anak kita agar tidak tertular virus yang mematikan itu," kata Filep.

Menurut dia, peran aktif orang tua menjadi hal yang sangat krusial dalam mengontrol pergaulan anak sehari-hari, karena perkembangan teknologi digital memudahkan penyebarluasan konten negatif.

Akses informasi yang tidak sesuai dengan usia dan mental anak, berpotensi memicu perilaku menyimpang seperti pergaulan bebas, terlibat penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan lainnya.

"Tidak ada satu pun orang tua yang ingin anaknya terkena dampak pergaulan bebas. Maka, pengawasan harus lebih ketat," ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan Papua Barat Alwan Rimosan menjelaskan, sebanyak 1.489 pasien HIV/AIDS saat ini telah menjalani pemeriksaan viral load untuk mengukur jumlah virus dalam tubuh.

Kasus yang ditemukan didominasi kelompok usia produktif, yaitu 4.816 orang berusia 25–49 tahun, diikuti 1.396 orang berusia 15–19 tahun, dan 1.196 orang berusia 20–24 tahun.

"Kasus pada anak-anak usia 5–14 tahun juga cukup tinggi, yakni 816 orang, serta 152 kasus ditemukan pada anak di bawah lima tahun," jelasnya.

Kabupaten Manokwari menjadi daerah dengan penemuan kasus HIV/AIDS terbanyak yakni sebanyak 2.765 kasus, disusul Teluk Bintuni sebanyak 951 kasus, Fakfak 625 kasus, dan Kaimana 510 kasus.

Mayoritas penularan HIV/AIDS yang ditemukan dipengaruhi faktor hubungan seksual tidak aman atau tanpa menggunakan kondom, terutama perilaku gonta-ganti pasangan.

"Paling terdampak usia 20–29 tahun. Ini ancaman nyata terhadap masa depan generasi muda. Penularan dari ibu hamil ke bayi juga jadi perhatian serius," ujarnya.