Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Provinsi Papua Pegunungan mengalami deflasi terdalam pada Oktober 2025, yakni sebesar 0,92 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) akibat penurunan harga sejumlah komoditas pangan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menuturkan, sebanyak 26 provinsi mengalami inflasi, sedangkan 12 provinsi lainnya mengalami deflasi pada bulan lalu, dengan inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Banten, yang mencapai 0,57 persen mtm.
“Deflasi terdalam di Papua Pegunungan yaitu sebesar 0,92 persen (mtm) ini disumbang oleh turunnya beberapa harga pangan di bulan Oktober ini dibandingkan dengan September 2025,” ujarnya di Jakarta, Senin.
Ia menyebutkan, sejumlah komoditas yang mencatat penurunan harga cukup tajam antara lain ketela rambat dengan andil deflasi sebesar 0,45 persen, diikuti tomat sebesar 0,38 persen, serta ketimun sebesar 0,21 persen.
Selain itu, bawang merah juga memberikan andil deflasi sebesar 0,13 persen, disusul cabai rawit sebesar 0,10 persen, dan beras sebesar 0,09 persen.
Secara keseluruhan, Pudji mengatakan perekonomian Indonesia mengalami inflasi bulanan sebesar 0,28 persen mtm pada Oktober 2025, terutama dipengaruhi kenaikan harga pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, khususnya emas perhiasan yang menyumbang andil inflasi terbesar, yaitu 0,21 persen.
Komoditas lain yang juga memberikan andil inflasi adalah cabai merah sebesar 0,06 persen, telur ayam ras sebesar 0,04 persen dan daging ayam ras sebesar 0,02 persen.
Tidak hanya berkontribusi pada inflasi, ia menyampaikan terdapat pula sejumlah komoditas yang memberikan andil deflasi pada Oktober 2025, seperti bawang merah dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,03 persen, tomat sebesar 0,02 persen, serta beras, kacang panjang, dan cabai hijau masing-masing sebesar 0,01 persen.
“Sementara terkait inflasi bulanan atau month-to-month menurut komponen, seluruh komponen mengalami inflasi, dan inflasi Oktober 2025 yang sebesar 0,28 persen ini utamanya didorong oleh inflasi komponen inti,” kata Pudji.
Ia menuturkan, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,39 persen mtm dan memberikan andil inflasi sebesar 0,25 persen. Komoditas yang dominan berkontribusi terhadap inflasi dalam kelompok tersebut adalah emas perhiasan dan biaya kuliah akademi atau perguruan tinggi.
Sedangkan komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,10 persen mtm, dengan andil inflasi sebesar 0,02 persen dengan kontributor terbesar adalah sigaret kretek mesin (SKM) dan tarif angkutan udara.
“Selanjutnya, komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 0,03 persen (mtm) dan komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,01 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen harga bergejolak ini adalah cabai merah, telur ayam ras, dan daging ayam ras,” imbuh Pudji Ismartini.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BPS catat Papua Pegunungan alami deflasi terdalam pada Oktober 2025
                  