Manokwari (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut penduduk miskin di Provinsi Papua Barat pada Maret 2025 tercatat sebanyak 106.890 jiwa atau berkurang 1.380 jiwa apabila dibandingkan September 2024 yaitu 108.280 jiwa.
Faktor yang mempengaruhi penurunan jumlah penduduk miskin antara lain rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk Desil 1-3 meningkat lebih tinggi dari garis kemiskinan sebesar 1,76 persen.
"Pengeluaran per kapita per bulan penduduk Desil 1 naik 9,15 persen, penduduk Desil 2 naik 2,15 persen, dan penduduk Desil 3 naik 3,57 persen," kata Kepala BPS Papua Barat Merry di Manokwari, Jumat.
Kemudian, kata dia, kinerja perekonomian Papua Barat pada triwulan I 2025 mengalami pertumbuhan impresif 25,53 persen secara tahunan serta peningkatan nilai tukar petani sebesar 99,61 persen.
Kondisi sosial ekonomi yang juga turut berkontribusi yaitu konsumsi rumah tangga tumbuh 5,35 persen secara tahunan dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB )atas dasar harga konstan triwulan I 2025 sebanyak Rp12.946 miliar.
"Faktor kemiskinan lainnya yaitu tingkat pengangguran terbuka naik 0,08 persen, deflasi 3,19 persen, dan penghunian kamar hotel turun hampir separuh," ujarnya.
Dia menjelaskan jumlah penduduk miskin masih terkonsentrasi di pedesaan sebanyak 91.950 jiwa, namun mengalami penurunan 1.160 jiwa dibanding periode September 2024 yaitu 93.110 jiwa.
Wilayah perkotaan terdapat 14.944 jiwa miskin dan jumlah tersebut mengalami penurunan 240 jiwa apabila dibanding dengan kondisi pada September 2024 yang tercatat sebanyak 15.180 jiwa.
"Penduduk miskin di kota dan desa mengalami penurunan. Total penurunan kota dan desa selama enam bulan terakhir kurang lebih 1.400 jiwa," jelasnya.
Dia menyebut komoditas makanan memberikan andil sebesar 76,03 persen terhadap garis kemiskinan di Papua Barat pada Maret 2025, sedangkan komoditas bukan makanan hanya 23,97 persen.
Ada dua komoditas makanan yang memberikan andil signifikan yaitu beras dan rokok kretek filter kemudian diikuti ikan, telur ayam ras, daging ayam ras, mi instan, gula pasir, bawang merah dan lainnya.
"Sumbangan komoditas makanan di pedesaan 76,03 persen lebih tinggi dari kota (71,67 persen)," ujar Merry.
Dia mengatakan tingkat kemiskinan Papua Barat pada Maret 2025 tercatat sebesar 20,66 persen atau mengalami penurunan 0,43 persen apabila dibanding dengan periode September 2024 sebesar 21,09 persen.
Penurunan ini mencerminkan adanya perbaikan efektivitas program pengentasan kemiskinan, perbaikan daya beli, dan distribusi bantuan sosial walaupun angkanya masih cukup tinggi secara nasional.
"Dari tujuh provinsi dengan persentase kemiskinan tertinggi, Papua Barat menempati urutan ketiga tertinggi," ucap Merry.