Jakarta (ANTARA) - Basarnas menyatakan wilayah terdampak banjir dan longsor di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan masih berstatus zona merah konflik, sehingga penanganan korban akan dilakukan oleh Satuan Tugas (Satgas) TNI yang telah berada di lokasi.
Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, Edy Prakoso dikonfirmasi di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa koordinasi telah dilakukan dengan jajaran TNI untuk memastikan penanganan di lapangan berjalan aman bagi seluruh petugas.
“Kita sudah koordinasi dengan TNI mengingat daerah tersebut masih zona merah, sehingga dikirim tim dari Satgas yang ada di lokasi,” kata dia.
Meski demikian, ia memastikan bahwa Basarnas pusat maupun Kantor SAR di Papua tetap bersiaga dan akan menyiapkan dukungan apabila situasi keamanan memungkinkan untuk mengerahkan personel tambahan dari pos terdekat.
Berdasarkan informasi yang diterima ANTARA, bencana banjir dan tanah longsor terjadi di Distrik Dal, Silan dan Mebarok, Kabupaten Nduga, Sabtu (1/11) sore sekitar pukul 17.00 WITA.
Kepala distrik setempat melaporkan korban bertambah menjadi sebanyak 22 warga, mereka dinyatakan hilang per Senin (2/11), baik akibat terseret arus banjir maupun tertimbun material longsor.
Sementara data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebelumnya melaporkan banjir bandang disertai longsor itu menyebabkan 15 orang dilaporkan hilang.
BNPB mengonfirmasi kejadian berawal dari hujan deras yang mengguyur Distrik Dal dan Distrik Silan di Nduga, hingga memicu longsoran di lereng bukit serta aliran banjir besar di Kali Papan. Sejumlah warga dilaporkan hilang saat melintas di sekitar aliran sungai tersebut.
Tim petugas gabungan termasuk dari BPBD Kabupaten Nduga dan TNI/Polri yang dikerahkan ke lokasi menghadapi kendala banyaknya material lumpur serta akses jalan yang tertutup.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Basarnas: Nduga zona merah, korban longsor ditangani Satgas TNI
                  