Timika (ANTARA) - Pengurus Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) menyebut peran dan dukungan orang tua sangat menentukan keberhasilan program beasiswa anak-anak asli Papua dari Suku Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatan di berbagai jenjang pendidikan.
"YPMAK sangat membutuhkan dukungan orang tua untuk mendorong anak-anaknya agar bisa sekolah dengan baik karena pendidikan utama itu berasal dari keluarga. Ketika orang tua tidak memberikan dukungan, paling tidak motivasi, kemudian tidak membangun semangat belajar dan hal-hal positif pada anak-anak, maka akan sulit anak bisa berhasil menyelesaikan studi," kata Ketua Pengurus YPMAK, Leonardus Tumuka di Timika, Senin.
Leonardus mengemukakan hal itu menanggapi masih banyaknya peserta program beasiswa yang didanai dari sumber dana kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI) yang dikelola YPMAK yang tidak bisa menyelesaikan studi tepat waktu, bahkan pada akhirnya gagal.
Saat ini tercatat lebih dari 4.000 anak-anak Amungme-Kamoro serta lima suku kekerabatan Papua lainnya yang mendapatkan bantuan beasiswa di berbagai jenjang pendidikan mulai dari tingkat SD hingga universitas.
"Banyak adik-adik yang mengenyam pendidikan di luar Papua terpaksa pulang karena ada hal-hal sederhana yang terjadi di rumah, lalu orang tua memprovokasi anak untuk pulang. Hal-hal seperti ini harus dihentikan, kasi dukungan kepada anak untuk bisa mengenyam pendidikan," kata Leonardus.
Sehubungan dengan itu, PTFI dan YPMAK terus memperbaiki formula pemberian bantuan beasiswa bagi anak-anak asli dari Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Ke depan, calon penerima beasiswa yang sudah menyelesaikan pendidikan di jenjang SLTA, diarahkan untuk mengambil jurusan-jurusan yang bisa terserap oleh dunia kerja, termasuk pendidikan vokasi atau sekolah-sekolah kedinasan.
"Kepengurusan kami yang baru periode 2024-2029 mempertegas komitmen itu. Kalaupun ada tantangan tidak menjadi masalah, itu bagian dari proses yang harus dilalui. Adik-adik peserta beasiswa harus diberi tantangan untuk bisa berprestasi, tidak bisa santai-santai saja lalu dapat beasiswa. Beasiswa ke depan itu orientasinya pada prestasi dan kualitas," ujar Leonardus, Doktor pertama dari Suku Kamoro yang menyelesaikan studi S3 di University of the Philipines Los Banos, Filipina, tahun 2015.
Agar kualitas generasi muda Papua dari Suku Amungme-Kamoro serta lima kekerabatan suku bisa meningkat, YPMAK mengharapkan dukungan penuh pemerintah daerah untuk membenahi kualitas pendidikan dasar dan menengah di Mimika dan Papua Tengah.
Dalam beberapa tahun terakhir, YPMAK tidak lagi mengirim peserta beasiswa untuk melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di luar Papua sebagaimana dilakukan pada periode awal tahun 2000-an. Sebagian lulusan SMP dari Mimika saat ini dikirim ke beberapa sekolah di Jayapura dan Manokwari seperti SMA Katolik Teruna Bhakti Jayapura dan SMA Katolik Villanova Manokwari.
Saat ini, program beasiswa PTFI melalui YPMAK sudah mampu menghasilkan empat orang putra-putri asli Amungme-Kamoro menjadi dokter. Mereka terdiri dari Dokter Beanal dimana saat ini masih menyelesaikan pendidikan magister manajemen rumah sakit, Dokter Sephia Chrisilla Jangkup yang menyelesaikan pendidikan dari Universitas Kristen Indonesia Jakarta, Dokter Gigi Fransiska Poana dan Dokter Aprilda Yulifa Thalia Thomas Karupukaro yang baru dikukuhkan oleh Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta pada 4 November 2025.
Menurut Leonardus, saat ini masih terdapat beberapa putra-putri Amungme-Kamoro yang tengah menempuh pendidikan kedokteran pada sejumlah universitas di Indonesia, juga terdapat peserta program beasiswa yang masuk dan diterima menjadi mahasiswa STPDN Jatinangor dan Sekolah Perhubungan.
