Jakarta (ANTARA) - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengungkap bahwa kontraksi ekonomi Papua Tengah hingga minus 8 persen dipicu tertahannya aktivitas ekspor Freeport akibat gangguan produksi dan distribusi.
Hal tersebut dilaporkan Tito kepada Presiden RI Prabowo Subianto dalam rapat terbatas terkait laporan rutin inflasi di sejumlah daerah, bertempat di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin.
"Ada yang minus, yaitu Papua Tengah. Saya sampaikan, tanya beliau kenapa penyebabnya? Di antaranya karena adanya ekspor dari Freeport yang tertahan," katanya seusai bertemu Presiden.
Menurut Tito, sejumlah faktor menghambat produksi dan distribusi Freeport, antara lain insiden kebakaran smelter di PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, pada Senin (14/10).
Kebakaran tersebut terjadi di unit pabrik asam sulfat (sulfuric acid plant) dan fasilitas pemisahan gas bersih (gas cleaning plant).
Selain itu, kata Tito, rangkaian peristiwa longsor juga mengganggu rantai operasional perusahaan Freeport.
Longsor yang baru-baru ini terjadi dilaporkan pada 8 September 2025, di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Insiden ini menyebabkan tujuh pekerja terjebak, dan setelah upaya pencarian selama 27 hari, ketujuh korban ditemukan meninggal dunia.
Akibat kondisi itu, kata Tito, arus ekspor terhenti dan berdampak langsung pada perekonomian daerah, khususnya Timika dan sekitarnya.
Meski demikian, Tito menyatakan bahwa masih ada daerah-daerah lain yang menunjukkan performa positif sehingga memberikan efek penyeimbang terhadap perekonomian nasional secara keseluruhan.
Tito menjelaskan bahwa dalam evaluasi rutin ekonomi daerah, yang dilakukan mingguan untuk inflasi dan bulanan untuk pertumbuhan ekonomi, terlihat Maluku Utara yang mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi secara nasional.
Ia menilai pentingnya pemantauan berkala agar pemerintah dapat merespons cepat berbagai kendala yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah.
