Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti menyatakan energi panas bumi memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak utama ekonomi nasional serta peningkatan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT).
“Energi fosil sudah makin terbatas. EBT menjadi tujuan global untuk transisi energi,” ujar Esther dalam keterangannya kepada media pada Selasa (4/11).
Menurut Esther, pengembangan energi terbarukan sangat penting untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional tersebut. Untuk bisa mencapainya, kata dia, dibutuhkan dukungan lebih lanjut untuk mengoptimalkan potensi panas bumi di Indonesia.
“Untuk mendorong masyarakat beralih ke energi baru terbarukan, perlu adanya insentif yang jelas. Selain itu, infrastruktur pendukungnya juga harus memadai,” ujarnya.
Lebih jauh Esther menyoroti juga kinerja dari PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) sebagai salah satu pemain utama dalam pengembangan panas bumi di Indonesia. Dalam Laporan Keuangan Kuartal III 2025, PGE menyampaikan rencana ekspansi untuk mencapai kapasitas 1 GW dalam 2-3 tahun ke depan dan 1,8 gigawatt/GW pada 2033.
Esther optimistis langkah yang direncanakan PGE tersebut dapat mempercepat transisi menuju energi bersih sekaligus mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional.
“Untuk mencapai target tersebut, PGE memerlukan dukungan pemerintah agar dapat mendorong akselerasi pengembangannya,” katanya.
Lebih jauh, Esther menjelaskan bahwa salah satu bentuk percepatan dapat diwujudkan melalui sinergi antar-BUMN, seperti yang dilakukan PGE dengan PLN Indonesia Power (PLN IP). Kolaborasi ini difokuskan pada pengembangan 19 proyek panas bumi eksisting dengan total kapasitas 530 megawatt/MW.
Menurut Esther, dukungan tersebut menjadi faktor penting untuk memastikan target kapasitas dapat tercapai. Ia mengatakan saat ini potensi sumber daya panas bumi sudah tersedia dan melimpah di Indonesia. “Tapi untuk mencapai target yang ditetapkan, dibutuhkan dukungan berupa insentif,” kata Esther.
Ia menambahkan, pemerintah juga perlu memberi perhatian lebih terhadap pengembangan bauran energi bersih dan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Apa yang disampaikan Esther ini menjadi penting untuk dapat merespons tantangan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam mendorong perekonomian Indonesia, terutama dengan target pertumbuhan sebesar 8%. Di saat yang sama, pemerintah juga harus merealisasikan berbagai agenda strategis yang tercantum dalam Asta Cita, salah satunya swasembada energi.
Sementara itu melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pemerintah kini dihadapkan pada sejumlah tantangan besar setelah merilis Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034. Salah satunya adalah peningkatan target pengembangan kapasitas pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga 76%, dengan penambahan kapasitas listrik yang diproyeksikan mencapai 69,5 GW.
“Pemerintah perlu memperkuat dorongan untuk energi bersih, karena sejauh ini pemanfaatannya masih belum merata di masyarakat,” kata Esther.
Industri panas bumi menjanjikan,pengamat sebut PGE harus dapat sokongan kuat
Senin, 10 November 2025 11:47 WIB

PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Ulubelu, Tanggamus Lampung. ANTARA/HO-Dokumen Pribadi.
