Jakarta (ANTARA) - Pengamat budaya dan komunikasi digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan menyebutkan kehadiran pusat kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence/AI) di Papua dapat mengakselerasi pemerataan akses teknologi dan talenta digital untuk mengenal AI dengan lebih baik di Indonesia.
"Pendirian pusat AI di Papua ini tentu akan mengakselerasi ketertinggalan-ketertinggalan Indonesia dalam hal AI," kata Firman saat dihubungi ANTARA, Kamis.
Firman mengatakan berdasarkan data riset seperti "The Global AI Index 2024" menunjukkan Indonesia berada dalam posisi ke-49 dari 83 negara di dunia dalam hal kesiapan pemanfaatan dan pengembangan AI.
Riset tersebut dapat menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah agar bisa masuk dalam daftar negara yang teratas dalam hal pemanfaatan AI termasuk salah satunya terkait pemerataan akses.
Maka dari itu hadirnya Pusat AI di Papua dapat menjadi salah satu akselerator agar AI bisa dikenal lebih luas oleh masyarakat Indonesia tidak hanya di Pulau Jawa yang saat ini menjadi pusat pemerintahan saja tapi bisa dikenal di wilayah lain yang seperti Papua.
Pendiri Literos.org itu mengatakan agar Pusat AI di Papua dapat optimal untuk menumbuhkan talenta digital yang fasih AI, maka pelatihan yang disiapkan harus difokuskan pada pembentukan cara pikir penggunaan AI.
Menurut dia saat ini banyak pengguna AI di Indonesia yang memiliki motif yang kurang tepat dalam penggunaan AI dalam meringankan pekerjaan sehari-hari.
Ia mencontohkan di industri jurnalistik, tak jarang ada jurnalis yang benar-benar menyerahkan pekerjaan membuat artikel sepenuhnya pada AI karena dinilai praktis.
Padahal seharusnya dalam pekerjaan jurnalistik, AI lebih tepat digunakan untuk mencari latar belakang informasi dalam penulisan artikel sehingga proses pengumpulan data dan verifikasi bisa cepat diselesaikan oleh jurnalis dan tulisannya tetap bisa dipercaya.
Maka dari itu, hadirnya Pusat AI di Papua sebagai lokasi melatih talenta digital AI yang unggul perlu untuk memberikan pemahaman cara berpikir penggunaan AI yang tepat bagi siapapun yang mengikuti pelatihan itu kelak.
Cara berpikir yang dimaksud oleh Firman ialah dengan mendorong talenta digital dalam menggunakan AI sebagai alat kolaborator dan bukan sepenuhnya bergantung pada hasil yang dikerjakan oleh AI.
"Kalau dilihat saat ini cara berpikir penggunaan AI ya ada di Indonesia itu berbaur antara yang produktif dan yang rawan menggantikan posisi manusia. Maka ini harus dirumuskan pelatihan cara berpikir menggunakan AI yang tepat," katanya.
Ia menyakini apabila pemahaman tentang penggunaan AI bisa ditanamkan melalui pusat AI di Papua tersebut bukan tidak mungkin dapat tercipta inovasi-inovasi AI di masa mendatang dari timur Indonesia itu.
Sebelumnya, pada Rabu (20/5) diberitakan Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkodigi) bersama dengan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) meresmikan AI Experience Center (Pusat AI) pertama di Jayapura, Papua.
Hadirnya pusat AI ini menjadi tonggak penting agar digitalisasi di Indonesia bisa lebih inklusif karena menyediakan ruang edukasi dan pemanfaatan AI untuk masyarakat yang datang ke pusat AI ini.
Pengamat: Pusat AI di Papua bisa akselerasi pemerataan AI
Sabtu, 24 Mei 2025 8:35 WIB

President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha bersama Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria saat berinteraksi dengan salah satu anak Papua yang mencoba AI bertempat Kantor Indosat Ooredoo Hutchison Jayapura, Rabu (21/5). (ANTARA/Qadri Pratiwi)