Manokwari (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut sebanyak 821 keluarga berisiko stunting di Provinsi Papua Barat menjadi target pelaksanaan intervensi tahun 2025.
Kepala BKKBN Perwakilan Papua Barat Philmona Maria Yarollo di Manokwari, Senin, mengatakan pelaksanaan intervensi dilakukan melalui program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting).
Menurut dia, Manokwari menjadi kabupaten dengan target atau sasaran terbanyak dibanding enam kabupaten lainnya, yaitu Manokwari Selatan, Pegunungan Arfak, Teluk Bintuni, Teluk Wondama, dan Kaimana.
"Target di Manokwari sebanyak 338 keluarga dari 821 keluarga berisiko stunting yang akan diintervensi di Papua Barat," katanya.
Program Genting, kata dia, merupakan satu dari lima program prioritas BKKBN yang dilaksanakan sejak Januari 2025 namun capaian intervensinya masih sangat rendah yaitu 13,40 persen.
BKKBN membutuhkan dukungan semua pihak agar upaya percepatan penurunan prevalensi stunting di seluruh wilayah Papua Barat berjalan maksimal sesuai dengan ekspektasi bersama.
"Program Genting ini program gotong royong, sehingga tidak hanya pemerintah yang menjadi orang tua asuh keluarga berisiko stunting," ujar Maria.
Menurut dia, pembangunan ketahanan keluarga yang sehat dan mandiri menjadi faktor penting memulai setiap tahap kehidupan, sekaligus mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045.
Adapun program prioritas ketahanan keluarga selain program Genting, yaitu Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), Gerakan Ayah Teladan Indonesia (Gati), dan Lansia Berdaya (Sidaya).
"Kemudian, ada program Layanan Digital Bangga Kencana (Super APP)," ujarnya.
Sekretaris Daerah Papua Barat Ali Baham Temongmere mengatakan penguatan keluarga tidak hanya dilakukan dalam ranah sosial, melainkan juga konteks pembangunan daerah dan nasional.
Keluarga yang kuat menunjang pelaksanaan program pemerintah, seperti penanggulangan masalah stunting, penanganan kemiskinan ekstrem, pendidikan karakter, serta peningkatan derajat kesehatan.
"Mari kita bangun keluarga Papua Barat yang cerdas, sehat, produktif, dan berdaya saing," ujar Ali Baham.
Dia mengajak pemangku kepentingan baik pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan, lembaga agama, tokoh adat, maupun tokoh masyarakat untuk menjadi keluarga pusat perubahan.
"Keluarga juga menjadi pusat pembaruan peradaban bangsa menuju Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, pemerintah senantiasa mendukung pelaksanaan program prioritas BKKBN," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: 821 keluarga berisiko stunting di Papua Barat jadi target intervensi