Manokwari (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mencatat penyaluran kredit di Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya pada semester I tahun 2025 senilai Rp9,44 triliun atau tumbuh sebesar 13,88 persen (year on year/yoy).
Pelaksana Tugas Deputi Kepala Perwakilan BI Papua Barat Arif Rahadian di Manokwari, Sabtu mengatakan, penyaluran kredit perbankan mengalami peningkatan dibandingkan semester I tahun 2024 yang tercatat senilai Rp8,35 triliun.
"Kinerja penyaluran kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit secara nasional yaitu 7,92 persen (yoy)," kata Arif.
Berdasarkan penggunaan, kata Arif, penyaluran kredit masih didominasi jenis kredit konsumsi sebanyak Rp5,41 triliun atau 57,36 persen dari total penyaluran pada semester I tahun 2025.
Posisi kedua ditempati kredit modal kerja dengan realisasi penyaluran 27,69 persen atau Rp2,61 triliun, kemudian diikuti kredit investasi yang mencapai 14,94 persen atau kurang lebih Rp1,41 triliun.
"Penyaluran kredit ke sektor perdagangan 18,31 persen, pertanian 11,87 persen, penyediaan akomodasi 2,55 persen, dan jasa sosial 1,83 persen," jelas Arif.
Dia menyebut perbankan juga menyalurkan kredit restrukturisasi Rp270 miliar kepada 914 debitur sebagai bagian dari upaya menjaga keberlangsungan usaha dan mencegah terjadinya kredit macet.
Skema restrukturisasi yang ditawarkan perbankan meliputi penurunan bunga, perpanjangan jangka waktu, maupun penjadwalan ulang cicilan sesuai dengan kemampuan keuangan masing-masing debitur.
"Kebijakan relaksasi dari BI dengan menurunkan suku bunga acuan, mendorong perbankan dalam menyalurkan kredit menjadi lebih leluasa lagi," ucapnya.
Menurut dia, rasio non performing loan (NPL/kredit bermasalah) tercatat 1,79 persen pada semester I 2025 yang mencerminkan proporsi kredit bermasalah masih relatif rendah dan berada di bawah ambang batas risiko.
Ia mengatakan, penyaluran kredit yang dilakukan secara selektif, turut mendukung stabilitas likuiditas dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan di Papua Barat dan Papua Barat Daya.
"Kondisi tersebut menunjukkan kualitas kredit perbankan tetap terjaga meski tekanan ekonomi regional masih dirasakan," ujarnya.
Meski demikian, kata dia, realisasi dana pihak ketiga (DPK) pada semester I 2025 hanya Rp7,25 triliun atau mengalami penurunan 13,91 persen (yoy) dibanding semester I 2024 yaitu Rp8,42 triliun.
Penurunan kinerja DPK berdampak pada peningkatan rasio pinjaman (kredit) terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) perbankan yang mencapai 130,26 persen pada semester I 2025.
"Jumlah kredit yang disalurkan di Papua Barat dan Papua Barat Daya lebih besar dibanding simpanan masyarakat di bank," ujarnya.