Sorong (ANTARA) - Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah XIV menegaskan setiap perguruan tinggi swasta (PTS) di Papua yang belum terakreditasi akan segera ditutup sebagai bagian penting menjaga kualitas sumber daya manusia yang tamat dari perguruan tinggi.
"Yang tidak terakreditasi saya akan tutup," ujar Kepala LLDikti Wilayah XIV Suriel S Mofudi di Sorong, Papua Barat Daya, Minggu.
Berkaitan dengan itu, pihaknya baru menutup empat PTS , yakni Akademi Bahasa Asing (ABA) Netaiken Wamena, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Trinitas Sorong, Akademi Sekretaris dan Manajemen Indonesia (ASMI) Jayapura, dan Akademi Pariwisata di Biak.
"Penutupan tersebut merupakan bagian dari upaya penertiban dan peningkatan mutu pendidikan tinggi," ujarnya.
Dia mengatakan empat perguruan tinggi swasta tersebut ditutup karena tidak menjalankan aktivitas akademik secara normal, tidak memiliki dosen tetap yang mencukupi, dan tidak melakukan pelaporan sesuai ketentuan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti).
Penutupan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi berkala dan koordinasi dengan pihak Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Dia menjelaskan langkah ini diambil demi melindungi hak mahasiswa dan menjaga kredibilitas institusi pendidikan tinggi di Papua dan Papua Barat Daya.
"Mahasiswa dari perguruan tinggi yang ditutup akan difasilitasi untuk melakukan proses perpindahan ke PTS lain yang aktif dan terakreditasi," katanya.
Ia mengimbau masyarakat lebih selektif dalam memilih perguruan tinggi dengan memastikan legalitas dan status akreditasi kampus sebelum melakukan pendaftaran.
"Hanya perguruan tinggi yang memenuhi standar nasional pendidikan tinggi, berakreditasi baru bisa menyelenggarakan pendidikan. Perguruan tinggi tidak berkualitas saya segera cabut," ujarnya.
LLDikti XIV: Perguruan tinggi swasta tidak terakreditasi segera ditutup
Minggu, 28 September 2025 16:36 WIB

Kepala LLDikti Wilayah XIV Suriel S Mofu membawakan sambutan pada acara Wisuda 50 Mahasiswa STIE Bukit Zaitun Sorong di Kota Sorong, Papua Barat Daya, Sabtu (27/9/2025). ANTARA/Yuvensius Lasa Banafanu