Manokwari, Papua Barat (ANTARA) - Kawasan wisata Gunung Botak di Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat, masuk dalam radar investasi sektor pariwisata pada sistem informasi proyek Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Papua Barat Godlief Aponno di Manokwari, Jumat, mengatakan pemerintah daerah sudah menyiapkan studi kelayakan pengembangan Gunung Botak.
"Gunung Botak sudah masuk dalam memo info BPKM termasuk Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)," kata Godlief.
Baca juga: Merawat idealisme ANTARA sebagai kantor berita resmi negara
Godlief menjelaskan bahwa kawasan Gunung Botak yang terletak di Distrik Ransiki, Manokwari Selatan, memiliki bentang alam unik dengan gugusan perbukitan hijau dan terbuka menghadap langsung ke Samudera Pasifik.
Studi kelayakan (feasibility study) yang dilakukan bermaksud memastikan arah pengembangan wisata berkelanjutan yang mengakomodasi aksesibilitas, kapasitas infrastruktur, dan potensi pemberdayaan masyarakat lokal.
"DPMPTSP sudah melakukan pertemuan dengan pemerintah kabupaten dan masyarakat lokal. Sekarang tinggal tunggu calon investor yang masuk," ujarnya.
Saat ini, kata dia, pemerintah kabupaten sudah merancang pembangunan sarana penunjang berupa jalur trekking, rest area, dan f ramah lingkungan yang akan dimulai pada tahun 2026.
Kawasan Gunung Botak dapat menjadi ikon pariwisata baru di Papua Barat yang berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan masyarakat setempat, namun perlu dukungan badan usaha.
"Investasi wisata itu membutuhkan dukungan semua pihak, baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan usaha, dan masyarakat pemilik hak ulayat," ucap Godlief.
Dia menyebut potensi investasi lainnya yang juga sudah masuk dalam sistem informasi proyek BKPM, yaitu pengembangan industri pengolahan komoditas pala (myristica argentea) di Kabupaten Fakfak.
Luas perkebunan pala di Kabupaten Fakfak berdasarkan data pemerintah kabupaten setempat diperkirakan 18.547 hektare dengan tingkat produksi rata-rata sekitar 1.500 hingga 3.000 ton per tahun.
"Tapi pengembangan pala belum masuk ke Bappenas, hanya Gunung Botak saja. Ya, kami berharap ada investor yang masuk tahun ini," kata Godlief.