Bupati Manokwari, Papua Barat, Hermus Indou mengajak seluruh lembaga gereja, khususnya Gereja Persekutuan Kristen Alkitab Indonesia (GPKAI) untuk turut melestarikan budaya lokal sebagai bagian dari penguatan identitas masyarakat Papua.

“Gereja dalam melayani umat harus menjadi pilar penting dalam pelestarian budaya, termasuk bahasa daerah,” kata Hermus saat menghadiri perayaan HUT ke-11 Majelis Daerah (MD) GPKAI Jemaat Griffis Syoribo di Manokwari, Senin.

Ia mengatakan, gereja memiliki peran strategis bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pembinaan umat, transformasi nilai, penjaga kedamaian serta keharmonisan sosial di tengah keberagaman masyarakat Manokwari yang majemuk.

Gereja juga perlu melakukan penyegaran pelayanan agar selaras dengan tantangan zaman, tanpa kehilangan jati diri sebagai gereja lokal di tanah Papua.

Ia mengapresiasi GPKAI yang masih terus menggunakan bahasa daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat di Manokwari.

“Kita bersyukur masih ada GPKAI yang berdiri menggunakan bahasa daerah agar tetap lestari, ini menjadi kebanggaan. Gereja bisa menghidupkan nilai-nilai budaya dalam pelayanan,” ujarnya.

Ia bahkan mengajak MD Griffis Syoribo membuka pusat pendidikan Bahasa Hatam karena saat ini sudah semakin banyak anak-anak suku Arfak yang tidak mengerti bahasa daerahnya sendiri.

“Ini adalah bentuk nyata melestarikan warisan Tuhan yang sudah menciptakan manusia bersuku-suku dan bergolongan. Kehadiran gereja harus bisa mengangkat kembali nilai-nilai kultural,” katanya.

Ia mengatakan, GPKAI Griffis Syoribo yang sudah melayani di Manokwari lebih dari satu dekade telah berperan aktif dalam pembangunan daerah.

Perayaan 11 tahun GPKAI Griffis Syoribo merupakan refleksi perjalanan panjang pelayanan yang dilandasi oleh iman, kasih, ketekunan, dan kesetiaan jemaat dalam

Pemkab Manokwari meyakini pembangunan bidang keagamaan adalah pondasi utama dalam membentuk masyarakat yang beriman, berakhlak mulia dan berperadaban.

Indikator kemajuan daerah bukan hanya dilihat dari pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah, tetapi juga dari kontribusi seluruh elemen masyarakat, termasuk lembaga keagamaan.

Pembangunan fisik suatu daerah tanpa pembangunan iman hanya akan menghasilkan kemajuan yang rapuh karena tidak dibarengi nilai moral dan spiritual.

“Iman tanpa perbuatan adalah mati. Gereja telah membuktikan imannya melalui tindakan nyata. Pemerintah meyakini bahwa pembangunan spiritual adalah fondasi utama untuk membentuk masyarakat yang berperadaban tinggi dan bermoral,” katanya.
 

Pewarta: Ali Nur Ichsan

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Tengah 2025