Manokwari (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat menargetkan eliminasi atau pemutusan rantai penularan penyakit malaria di daerah itu dapat tercapai pada tahun 2026.
Kepala Dinkes Teluk Bintuni Franky Mobilala saat ditemui di Manokwari, Rabu, mengatakan pihaknya menerapkan metode inovasi early diagnosis and treatment (EDAT) dalam mengeliminasi malaria.
"Kami targetkan Teluk Bintuni bebas dari malaria tahun depan, artinya kampung dan distrik sudah bebas malaria," kata Franky.
Dia menyebut penggunaan konsep EDAT dalam mengeliminasi malaria dimulai dari wilayah perkampungan. Pada tahun 2023, 119 kampung dinyatakan sudah bebas malaria.
Optimalisasi konsep EDAT juga didukung dengan kesiapan sumber daya tenaga medis, ketersediaan obat-obatan dan biaya operasional untuk menjangkau perkampungan secara bertahap.
"Pelaksanaan eliminasi malaria 2024 sedang dievaluasi, dan tentu target kampung bebas malaria akan bertambah," ujarnya.
Selama tahun 2024, pihaknya fokus merealisasikan eliminasi malaria pada tingkat distrik atau kecamatan dengan target sebanyak 17 dari 24 distrik di Kabupaten Teluk Bintuni.
Diagnosis disertai pengobatan yang akurat berhasil mengendalikan malaria, dan hal itu tidak lepas dari edukasi maupun sosialisasi penerapan pola hidup sehat bagi masyarakat.
"Sebelum kami gunakan program EDAT, annual parasite incidence (API) Bintuni sebesar 100 persen per 1.000 penduduk," kata dia.
Dia menjelaskan jumlah kasus positif malaria tahun 2023, sebanyak 327 kasus, mengalami peningkatan pada 2024 menjadi 331 kasus, dan hingga periode April 2025 tersisa 174 kasus positif.
Organisasi Kesehatan Dunia memberikan target pemeriksaan malaria di Teluk Bintuni sebanyak 16.255 jiwa. Tahun 2024 terealisasi 20.854 jiwa atau melampaui target tersebut.
"Tahun ini, dari Januari sampai April sudah ada 3.159 jiwa yang diperiksa untuk mendeteksi penyakit malaria," ujarnya.
Teluk Bintuni targetkan eliminasi malaria pada 2026
Rabu, 7 Mei 2025 11:24 WIB

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni Franky Mobilala saat ditemui awak media di Manokwari, Papua Barat. ANTARA/Fransiskus Salu Weking