Timika (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, meminta seluruh fasilitas kesehatan (fakses) baik rumah sakit, puskesmas, maupun klinik kesehatan wajib mengutamakan keselamatan pasien, terutama pasien kritis.
Kepala Dinkes Mimika Reynold Ubra di Timika, Kamis, mengatakan keselamatan pasien menjadi hal utama dan prinsip dasar yang menjadi perhatian semua faskes dasar yang ada di Mimika.
"Jangan karena hanya masalah pembiayaan kemudian pasien tidak terlayani dengan baik," kata Reynold.
Menurut dia, mengutamakan pelayanan pasien menjadi kewajiban seluruh faskes, termasuk faskes swasta yang belum bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
"Yang tidak ditanggung oleh BPJS silakan klaim ke dinas kesehatan, kami sudah punya perjanjian kerja sama (PKS) dengan semua faskes yang ada di Mimika baik milik pemerintah maupun swasta," ujarnya.
Pasien yang bisa mengakses layanan kesehatan pada faskes yang sudah bekerja sama dengan Dinkes Mimika itu wajib membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) Mimika.
"Kalau bukan pasien gawat darurat, ayo ke fasilitas kesehatan terdekat atau faskes tingkat pertama seperti puskesmas pembantu (pustu), puskesmas, maupun klinik kesehatan. Jangan lupa membawa KTP," ujarnya.
Pada 2026 Dinkes Mimika berencana melakukan desentralisasi layanan kesehatan dari puskesmas ke tingkat pustu.
Semua pustu di Mimika akan diperkuat baik dari sisi sumber daya personel medis dan nonmedis, juga sarana dan prasarana pendukung agar pelayanan pasien terutama untuk kegiatan posyandu tidak lagi menumpuk di tingkat puskesmas.
"Pustu menjadi garda terdepan yang dekat dengan masyarakat itu bisa optimal mutu layanan kesehatannya," ujar Reynold.
Menjelang akhir tahun 2025, Dinkes Mimika akan melakukan evaluasi menyeluruh seluruh rumah sakit, puskesmas, pustu, dan klinik guna mengantisipasi liburan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.
Evaluasi juga dilakukan terhadap pelayanan dasar dan pelayanan rujukan sekaligus mempersiapkan bulan imunisasi campak dan polio pada Januari hingga Maret 2026.
"Biasanya di awal tahun kasus campak meningkat, kami juga mengantisipasi temuan kasus polio dan meningkatnya kasus demam berdarah seperti beberapa tahun terakhir," ujarnya.
Penanganan pasien kritis di Papua menjadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir menyusul terjadinya kasus kematian menimpa seorang ibu hamil di Jayapura.
Irene Sokoy, warga Kampung Hobong, Sentani, meninggal dunia bersama bayi dalam kandungannya pada Senin (17/11).
Sebelumnya pada Minggu (16/11) sore ia dibawa keluarga ke RSUD Yowari untuk bersiap melahirkan.
Dokter menyarankan tindakan operasi dan merujuk pasien ke RS Dian Harapan, RSUD Abepura, hingga RS Bhayangkara. Namun, ia belum mendapat penanganan hingga dirujuk kembali ke RSUD Jayapura.
Dalam perjalanan menuju RSUD Jayapura, pasien mengalami kejang sehingga ambulans kembali ke RS Bhayangkara. Setibanya di RS Bhayangkara, upaya resusitasi (CPR) dilakukan, namun nyawa pasien dan bayinya tidak tertolong.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dinkes Mimika minta seluruh faskes utamakan keselamatan pasien
