Jakarta (ANTARA) -
Fransisca mengatakan Kebun Gizi Apung ini dirancang dengan prinsip pertanian sensitif gizi, melakukan penanaman hortikultura seperti sayuran hijau dan tomat. Selain untuk pemenuhan gizi, tanaman hortikultura memiliki waktu panen yang singkat sekitar 3-4 minggu, serta tidak memerlukan pestisida atau bahan kimia lainnya yang dapat mengganggu kesehatan.
Hingga saat ini, kata dia, Kebun Gizi Apung telah memberi manfaat kepada 84 anak-anak dan 225 orang dewasa dari 236 KK di wilayah dampingan WVI di Asmat yaitu di distrik Jetsy dan Warse di wilayah Agats, serta di sejumlah desa yaitu Desa Damen, Birak, Akamar, dan Warse.
Salah satu anak warga desa suku Asmat, Edi (9), merasakan langsung dampak positif Kebun Gizi Apung untuk memenuhi nutrisinya.
“Saya senang dengan kehadiran Kebun Gizi Apung karena saya menyukai sayur dan saya bersama orang tua dapat memanen dan mengkonsumsi langsung hasil dari kebun ini,” katanya.
Masalah gizi buruk telah sejak lama menjadi tantangan terbesar masyarakat Asmat. Pada Januari 2018 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Gizi Buruk di Kabupaten Asmat dimana terdapat 72 balita yang terkena dampak.
Salah satu faktor penyebab permasalahan gizi buruk tersebut adalah minimnya akses terhadap makanan bergizi dan keterbatasan lahan yang akhirnya mempersulit pembudidayaan sayur-sayuran untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Asmat dan sekitarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kebun Gizi Apung bantu penuhi gizi anak Asmat Papua
