Timika (ANTARA) - Senyum ramahnya langsung mencairkan suasana. Tutur katanya tenang, terukur, namun sarat semangat. Fransiskus Xaverius Wanmang – akrab disapa Frans – adalah sosok sederhana, komunikatif, dan murah senyum yang kini memegang peran strategis sebagai Deputi Monitoring dan Evaluasi di Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK).
Bagi Frans, jabatan bukanlah sekadar posisi, melainkan tanggung jawab moral untuk melayani dan memberdayakan masyarakat. "Karena saya merasa mereka bagian dari saya, sehingga saya punya tanggung jawab moral untuk memberikan pelayanan terbaik," ucapnya mantap.
Frans lahir di Papua Nugini pada 23 April 1987 dari pasangan Primus Wanmang (almarhum) dan Agustha Sokoy. Ia tumbuh besar di kota tua Kokonao, sebuah wilayah yang kelak membentuk karakter pekerja kerasnya.
"Saya bersekolah di Kokonao dari TK sampai SMP. Lalu melanjutkan SMA di YPPK Tiga Raja, tamat tahun 2006. Kami waktu itu angkatan kedua di sekolah itu," kenangnya.
Selepas SMA, Frans melanjutkan kuliah di Universitas Pasundan, Bandung, mengambil jurusan Hubungan Internasional pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Tak hanya fokus pada akademik, ia aktif mengasah diri melalui organisasi, baik di dalam maupun luar kampus. YPMAK pun hadir sebagai pendukung langkah pendidikannya. "Saya dapat beasiswa dari semester empat. Awalnya biaya sendiri dulu dua tahun, baru kemudian dapat beasiswa," tuturnya.
Kesempatan itu dimanfaatkannya dengan penuh kesungguhan. Ia belajar keras, bukan hanya demi gelar, tetapi juga untuk bekal pulang dan mengabdi bagi tanah kelahirannya.
Usai lulus kuliah tahun 2010, Frans kembali ke Timika. Empat tahun kemudian, ia bergabung dengan LPMAK – nama lama YPMAK – pada tahun 2014.
"Saya mulai di Bagian Kemitraan, program khusus yang menangani bantuan sosial kepada masyarakat," ungkap putra ketiga dari enam bersaudara ini.
Setiap tanggung jawab dijalaninya dengan penuh kesadaran. "Saya selalu bersyukur sampai ke tahap ini karena saya bekerja keras. Ketika saya diberikan tanggung jawab maka saya harus bekerja dengan baik. Kalau ada promosi, itu hanya bonus," ucapnya rendah hati.
Jabatan barunya sebagai Deputi Monitoring dan Evaluasi membuat Frans memegang peran penting dalam keberhasilan program-program YPMAK.
"Hasil temuan kami menjadi rekomendasi untuk perbaikan program. Peran ini sangat vital, karena maju mundurnya program YPMAK terletak pada evaluasi yang baik," jelasnya.
Bagi Frans, bekerja di YPMAK adalah panggilan pengabdian. "Kami ini perpanjang tangan dari masyarakat. Kami dipercaya di sini sebagai penghubung bagaimana memberdayakan masyarakat mendapatkan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi," ujarnya.
Frans tak lupa menitipkan pesan untuk generasi muda Amungme dan Kamoro yang tengah menempuh pendidikan melalui beasiswa YPMAK.
"Manfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Hargai apa yang didapatkan karena masih banyak yang ingin mendapatkan hal serupa. Tantangan dunia kerja sekarang tidak cukup hanya menjadi putra daerah. Privilege itu ada, tetapi skill harus terus diasah. Dunia kerja membutuhkan kemampuan, bukan hanya asal status OAP,"pesannya tegas.
Perjalanan Frans Wanmang adalah cerminan nyata bagaimana pendidikan, kerja keras, dan dedikasi bisa membawa perubahan – bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga untuk banyak orang.
Baginya, YPMAK bukan sekadar tempat bekerja, melainkan jalan pengabdian untuk membangun tanah kelahirannya.
"Ini panggilan hati. Saya lahir dari masyarakat, dan saya merasa bertanggung jawab untuk kembali membangun mereka," tutup Frans dengan senyum khasnya. (*)