Manokwari (ANTARA) - Badan Pertanahan Nasional (BPN) menyatakan penerbitan sertifikat tanah melalui program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) pada lima kantor pertanahan di Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya terealisasi 100 persen.
Kantor pertanahan (kantah) yang dimaksud yaitu Kantah Kota Sorong 100 sertifikat, Kantah Kaimana 100 sertifikat, Kantah Fakfak 80 sertifikat, Kantah Raja Ampat dan Kantah Sorong Selatan masing-masing 50 sertifikat.
"Lima kantah sudah 100 persen dari target penerbitan SHAT (sertifikat hak atas tanah) lewat PTSL tahun 2025," kata Kepala Bidang Penetapan Tanah Hak dan Pendaftaran BPN Papua Barat Agustinus Palesang di Manokwari, Kamis.
Dia menyebut untuk kantah lainnya sedang dalam proses terutama Kantah Teluk Bintuni dengan realisasi 98 persen dari target sebanyak 50 sertifikat, kemudian Kantah Sorong 31,19 persen dari target 109 sertifikat.
"Kantah Bintuni tinggal satu bidang tanah lagi. Kalau Kantah Manokwari 12 persen (target 300 sertifikat) tapi sebagian besar sudah dalam tahap pemberkasan," ujarnya.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, Kantah Tambrauw belum merealisasikan penerbitan sertifikat PTSL dengan target sebanyak 50 sertifikat karena terkendala pelepasan adat pada lokasi yang telah ditentukan.
Kantah Tambrauw kemudian mencari solusi untuk memindahkan penentuan lokasi (penlok) program PTSL, sehingga pelaksanaan diharapkan mampu menyentuh 50 persen dari target PTSL tahun 2025.
"Semoga Oktober nanti tercapai 50 persen. Dominan tanah di seluruh wilayah Papua ini, merupakan tanah adat," ucap Agustinus.
Secara keseluruhan, kata dia, target penerbitan SHAT melalui kegiatan PTSL di Papua Barat dan Papua Barat sebanyak 889 sertifikat dengan realiasi per Agustus 2025 sudah 56,13 persen atau 499 sertifikat.
BPN maupun setiap kantah tetap memasifkan kegiatan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat guna meningkatkan pemahaman terhadap manfaat dokumen legalitas hak kepemilikan tanah.
"Tantangan penerbitan SHAT itu pemahaman masyarakat (masih ada yang tolak), dan biaya transportasi karena kondisi geografis yang sulit," kata Agus.