Manokwari (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Manokwari, Papua Barat melalui Bunda Literasi menetapkan tiga pilar gerakan literasi guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memperluas budaya membaca di daerah tersebut.
Ketua Bunda Literasi Manokwari Febelina Indou di Manokwari, Kamis, menjelaskan tiga pilar utama tersebut yaitu literasi berbasis keluarga, literasi digital dan ekonomi kreatif, serta literasi budaya yang berkarakter Manokwari.
“Tugas utama kami adalah membangun ekosistem literasi dari keluarga, sekolah, gereja, kampung hingga komunitas kreatif, serta menggerakkan perempuan dan pemuda menjadi agen literasi yang membawa perubahan,” ujar Febelina saat memberi sambutan pada pelantikan pengurus Bunda Literasi 2025-2030.
Ia menekankan pentingnya perluasan literasi digital, budaya, finansial, dan kesehatan agar masyarakat Manokwari siap bersaing di tingkat lokal maupun global.
Menurutnya, ketika perempuan berdaya secara literasi, maka keluarga akan kuat, masyarakat maju, dan Manokwari pasti berkembang.
Ia menambahkan, literasi saat ini bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi fondasi kemajuan yang membentuk cara berpikir kritis, memperluas wawasan, dan mempersiapkan generasi menghadapi perubahan dunia yang cepat.
“Di Manokwari, gerakan literasi memiliki makna lebih dalam. Ia memberi suara kepada yang tidak terdengar, membuka peluang bagi mereka yang terpinggirkan, dan mengangkat martabat masyarakat melalui pengetahuan,” katanya.
Ia memaparkan berbagai contoh dampak literasi, seperti anak yang mampu membaca dengan baik sehingga membangun masa depan lebih cerah, ibu yang memahami literasi keuangan untuk memperkuat ekonomi keluarga, serta pemuda yang melek digital sehingga terbuka pada peluang masa depan.
Pada periode sebelumnya, dalam meningkatkan budaya literasi, pihaknya telah melakukan 10 pembangunan gazebo baca di wilayah terpinggirkan dan perbatasan.
Upaya tersebut dilanjutkan pada periode 2025–2030 dengan fokus pada kampung-kampung yang sulit dijangkau.
Penguatan literasi dari kampung adalah langkah penting karena masyarakat di wilayah tersebut masih menghadapi keterbatasan fasilitas dan akses.
“Kalau mulai dari kota, biasanya waktu tidak cukup untuk menjangkau daerah yang aksesnya sulit. Karena itu kami memulai dari wilayah pinggiran dan kami akan terus lanjutkan,” ujarnya.
Gerakan literasi, kata Febelina, membutuhkan strategi dan kolaborasi lintas sektor. Karena itu pihaknya menggandeng Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Manokwari, TPP PKK, Bunda PAUD, organisasi perempuan, taman baca, komunitas kreatif, hingga sektor swasta.
“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Kebersamaan dalam kolaborasi akan menghasilkan apa yang menjadi harapan kita bersama,” ujarnya.
Bupati Manokwari Hermus Indou mengatakan, pengurus Bunda Literasi memiliki peran strategis dalam mendukung pembangunan daerah, khususnya pada pengembangan minat baca dan peningkatan literasi masyarakat.
“Bunda Literasi harus mampu menghasilkan output dan manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat Manokwari. Gunakan setiap kesempatan untuk menumbuhkan budaya literasi sehingga ada perbaikan kualitas SDM,” kata Hermus.
