Manokwari (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Manokwari, Papua Barat terus mendukung penguatan taman baca masyarakat (TBM) sebagai garda depan peningkatan literasi dan budaya baca masyarakat, khususnya di wilayah yang belum terjangkau perpustakaan formal.
Plt Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Manokwari Wiwik Hariawan, di Manokwari, Sabtu, mengatakan, pemda berkomitmen untuk terus mendukung inisiatif TBM dan komunitas literasi lainnya, baik dalam bentuk bantuan fasilitas maupun pelatihan peningkatan kapasitas
"Seperti yang kita ketahui, TBM memiliki peran yang sangat vital dalam meningkatkan minat baca di tengah masyarakat," ujarnya saat membuka Musyawarah Daerah ke 1 TBM Kabupaten Manokwari.
Ia mengatakan, tantangan dalam meningkatkan budaya baca masih cukup besar, mulai dari keterbatasan akses buku berkualitas hingga rendahnya kesadaran pentingnya membaca di kalangan masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan kerja sama lintas sektor pada bidang pendidikan, swasta, hingga komunitas lokal untuk mengatasi hambatan tersebut dalam gerakan literasi yang berkelanjutan.
Ia mengatakan, saat ini Manokwari memiliki 45 TBM yang bisa dimanfaatkan generasi muda sebagai ruang belajar, pengembangan kreativitas, dan perluasan wawasan guna meraih masa depan yang cerah.
Dalam mendukung peran strategis TBM, Pemkab Manokwari akan meningkatkan fasilitas dan aksesibilitas, termasuk menyiapkan buku-buku yang relevan serta mendukung integrasi literasi dengan teknologi digital.
“TBM juga harus menjadi bagian dari pendidikan berkelanjutan di masyarakat, dengan menyelenggarakan program-program pemberdayaan yang relevan,” tambahnya.
Musyawarah Daerah TBM menjadi momentum penting untuk mengevaluasi dan merumuskan langkah strategis pengembangan TBM ke depan, terutama dalam memperkuat ekosistem literasi di Manokwari.
“Semoga musyawarah ini berjalan lancar dan menghasilkan keputusan yang bermanfaat bagi pengembangan literasi masyarakat,” ujarnya mengakhiri.
Sementara Anggota DPD RI Dapil Papua Barat yang juga penggiat literasi, Lamek Dowansiba, menekankan pentingnya peran kolektif dalam pembangunan literasi dan pendidikan di Papua.
Ia menyoroti peringkat literasi Indonesia yang masih rendah dibandingkan negara lain.
“Dari 180 negara, Indonesia berada di posisi ke-100 dalam indeks literasi dunia. Papua juga masih tertinggal dalam indeks pembangunan manusia (IPM). Ini tantangan besar yang perlu kita jawab bersama,” ungkapnya.
Menurutnya, pendidikan tidak bisa dibebankan hanya kepada pemerintah, tetapi harus menjadi tanggung jawab bersama, termasuk orang tua dan komunitas masyarakat.
Ia mengajak semua elemen untuk menjadikan literasi sebagai gerakan yang konsisten dan berkelanjutan.
Bahkan negara maju seperti Jepang, Amerika, Rusia menjadikan pendidikan sebagai panglima.
“Kita di Papua juga harus menaruh perhatian yang sama. Musda ini harus menjadi titik awal penyatuan persepsi untuk masa depan anak-anak Papua,” ujarnya.