Manokwari (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Manokwari, Papua Barat telah terkoneksi dan terintegrasi dengan aplikasi Sistem Monitoring Logistik Elektronik (SMILE ) dalam pendataan dan pengobatan pasien tuberkulosis (TBC).
Plt Kepala Dinkes Manokwari Marthen Rantetampang di Manokwari, Sabtu, mengatakan saat ini untuk penanganan TBC sudah tersistem dan terintegrasi, sehingga tidak hanya dilayani satu klinik tertentu.
“Karena sudah tersistem, kalau ada satu fasilitas kesehatan (faskes) yang menemukan pasien TBC, pasien tersebut sudah terdata, sehingga dia mau berobat atau ambil obat dimanapun bisa,” katanya.
Ia mengatakan dengan adanya aplikasi yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan tersebut, ketersediaan obat dan logistik bisa dipantau secara real-time dari puskesmas sampai Dinkes, sehingga tidak terjadi kekosongan atau kelebihan stok.
Sistem terintegrasi itu memungkinkan pasien TBC di seluruh Indonesia tercatat dan terpantau secara nasional, sehingga pengendalian penyakit menular dapat berjalan lebih efektif.
“Saat ini penanganan TBC lebih mudah, sudah by sistem, hanya saja tergantung pasien TBC apakah mau komitmen untuk minum obat secara rutin,” ujarnya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Manokwari Rahimi mengatakan ada 26 faskes, baik milik pemerintah maupun swasta di Kabupaten Manokwari yang sudah terintegrasi dalam sistem layanan pengobatan TBC.
Hal itu bertujuan memperluas jangkauan layanan dan mencegah terjadinya putus pengobatan pada pasien TBC.
“Penanggulangan TBC tidak mungkin hanya ditangani oleh faskes milik pemerintah. Karena itu, kami juga menggandeng sejumlah klinik swasta agar pengobatan bisa lebih mudah dijangkau masyarakat,” ujar Rahimi.
Ia mengatakan dari 26 faskes yang menangani TBC tersebut, sebanyak 17 faskes merupakan milik pemerintah, terdiri atas 15 puskesmas dan dua rumah sakit.
Sementara sisanya atau sembilan faskes merupakan klinik swasta yang telah bergabung dalam sistem pengobatan terpadu.
Ia menjelaskan sistem layanan TBC berbeda dengan penyakit lain, karena pasien tidak harus berobat di satu tempat yang sama hingga sembuh.
“Pasien bisa melanjutkan pengobatan di faskes lain, bahkan di luar Manokwari. Yang penting adalah kontinuitas pengobatan agar tidak terjadi TBC resisten obat atau TB-RO,” katanya.
Seluruh proses pengobatan TBC, lanjut dia, dilakukan secara gratis, termasuk bagi pasien dari daerah lain yang datang berobat ke Manokwari.
Ia menambahkan pihaknya telah menemukan sebanyak 824 kasus TBC pada periode Januari hingga September 2025, sebagai hasil dari kegiatan pemeriksaan terhadap 2.121 orang terduga TBC.
Dinkes Manokwari: Pengobatan TBC terintegrasi dalam SMILE
Sabtu, 22 November 2025 18:33 WIB
Plt Kepala Dinkes Manokwari Marthen Rantetampang. ANTARA/Ali Nur Ichsan
